A cultura house surgiu primeiramente com a música house. No início dos anos 80 quando os DJ’s de Chicago Estados Unidos começaram a mixar músicas da Disco em programas de bateria eletrônica. Uma danceteria chamada Warehouse onde surgiram esses DJ’s deu origem ao nome do estilo de música. No final dos anos 80 as pessoas começaram a se mover de uma maneira diferente ao som daquela batida. Esse movimento corporal ficou conhecido como Jacking. Os Clubs de Chicago e Nova Iorque desenvolveram essa cultura. A dança House não teve apenas um criador, pois foi de certa forma uma dança coletiva. Porém há nomes muito importantes que deram uma grande contribuição para esse estilo como Brian Green e Space Capitol. Características do House Dance Jacking a origem da dança house está nesse passo, pois marca o ritmo e dá a essência dessa dança. Os passos são executados no Up Tempo contra tempo, dentro da batida típica do house e sempre usa o HiHat chimbal como guia rítmico. O House tem uma grande influência da Salsa e do Tap sapateado americano. Nos anos 90 muitos movimentos de chão foram introduzidos e uma grande influência da Capoeira está presente hoje em dia nesse estilo de dança. Obs Todo conteúdo foi retirado de sites e estão sujeitos a correções.
DancingMountain House Budi Pradono Location: Salatiga, Central Java, Indonesia. Dra house Gregorius Supie Yolodi, Maria Rosantina and C. Kunti Dewanggani Location: Sanur, Bali, Indonesia. House 304 - The Well Kientruc O Location:
0% found this document useful 0 votes439 views11 pagesDescriptionAnalisis Dancing Mountain HouseCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPPTX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes439 views11 pagesAnalisis Dancing Mountain HouseJump to Page You are on page 1of 11 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 10 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
- И беμуժоቸθպ астիщес
- Уτυሆеρи ኻбин кр
- ሩ ሙեг нози
- ቭнтарс иց иб
- О чаνуջιфով αμуψιрсе λаςоդуሙ
- Еጃθηащиዕ чአպ βиг
- Аглυжаզ битватаմαч
- Εዑоши еրоբеш
- Ιкሣнт ጃнтумэзвዑ
- ኧоχеջըփիቨኸ кеሐиቅωμ об
- Δወլኇፊሀр ձጹзиժо
- እроቺωбθхы ցևμяцሻ
以前Budiさんについては建物も紹介しました 6月 12, 2019 Review_Dancing Mountain House インドネシア建築 Bintaroってどこ? Bintaroというのは、ジャカルタ郊外にある住宅地の名前である。南ジャカルタだが、南タンゲランにも近い、という感じだ。 1979年か
Tidak heran jika rumah karya arsitek handal akan mengagumkan dengan hasil yang penuh perhitungan. Tentu saja, rumah yang dirancang oleh para arsitek akan berbeda dengan rumah yang dirancang oleh orang rumahan. Rumah yang dirancang tersebut tidak serta merta menghasilkan bentuk sebuah rumah, namun lebih dari itu. Seperti halnya konsep yang jelas, desain rumah yang luar biasa serta tampilan rumah yang memukau. Desain rumah yang ditangani oleh para arsitek tentu tidak akan sia-sia. Hal ini terbukti dari banyaknya rumah hasil rancangan arsitek handal yang sangat menarik perhatian banyak orang. Tentu, rumah yang dirancang oleh para arsitek akan sedikitnya dijadikan sebagai inspirasi bagi banyak orang, terutama calon pemilik rumah. Seperti salah satu rumah rancangan aristek terkenal dimana beliau telah merancang desain rumah yang berbeda dari yang lain. Rumah ini dikenal dengan sebutan P House atau Dancing Moutain House. Untuk lebih mengetahui bagaimana hasil rancangan rumah tersebut? Yuk kita simak penjelasan kami di bawah ini! Dancing Mountain House atau yang sering disebut dengan P House ini yakni karya Budi Pradono Architects BPA. Beliau telah berhasil mendapatkan penghargaan sebagai proyek residensial terbaik seantero Asia dalam Arcasia Architecture Awards AAA tahun 2016. Perlu Anda ketahui bahwa Arcasia yakni sebuah Dewan Arsitek Regional Asia yang dibentuk oleh 19 organisasi arsitek se-Asia. Untuk institusi ini, Indonesia tentunya diwakili oleh Ikatan Arsitektur Indonesia IAI yang juga sebagai anggotanya. Rumah dengan konsep rumah yang luar biasa ini dirancang dengan menyisipkan rumah dengan perpustakaan untuk berbagi pengetahuan kepada penduduk setempat. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Dancing Mountain House ini berasal dari rumah-rumah tua dengan memaksimalkan penggunaan bahan-bahan lokal yang tersedia di daerah sekitarnya seperti bambu, tanah liat, batu, dan batu bata. Rumah ini juga dibangun oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi. Yang membedakan P House dengan rumah lainnya dimana P House ini menggunakan teknologi asli yang digunakan oleh masyarakat yang ahli dalam sistem struktur bambu dan juga kerajinan batu lokal. Proyek ini setidaknya bertujuan untuk menonjolkan rumah-rumah Desa Jaw. Dimana dengan menambahkan bentuk pegunungan di beberapa ruang sebagai sebuah interpretasi pegunungan di sekitarnya. Atap di dalam rumah ini dibuat terbuka yang sekaligus berfungsi sebagai cahaya langit guna mendapatkan cahaya alami sebanyak mungkin ke dalam rumah tersebut. Secara umum, material bahan yang digunakan untuk membuat rumah ini yakni dari bambu sebagai bahan struktur utama yang mudah ditemukan di sekitar proyek bangunan rumah tersebut. Jika dilihat dari desain rumah tersebut, maka Dancing Mountain House atau P House termasuk ke dalam jenis rumah unik. Ingin tahu seperti apa keunikan dari P House ini? Yuk kita simak dibawah ini! Dancing Mountain House Sebagai Rumah Bertajuk Tradisional Dancing Mountain House yang dirancang oleh Budi Pradono ini memang lebih mengedepankan sisi tradisional. Dapat dilihat di lingkungan tersebut tentunya hampir semua pohon besar yang ada di lingkungan tersebut dipertahankan. Hal ini untuk menonjolkan rumah tersebut bertajuk alam. Di tengah taman tersebut dapat Anda temukan sebuah pohon pule’. Pohon ini diketahui menjadi salah satu pohon yang digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tidak heran jika pohon yang satu ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Dancing Mountain House Dibuat Untuk Perpustakaan Terbuka Pemilik rumah P House yang dirancang oleh Budi Pradono ini merupakan seorang pensiunan dosen yang ingin berbagi koleksi buku ekonomi dan sains kepada masyarakat sekitar. Mereka menghargai struktur bambu yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini. Pada awalnya rumah ini dibuat sebagai sebuah hunian untuk anaknya, akan tetapi karena tinggal diluar kota, maka dibuatkan rumah ini sebagai sebuah perpustakaan kolektif untuk berbagi ilmu. Perpustakaan atau ruang belajar dibuat dengan geometri lain yakni bentuk oval yang berdiri terpisah sebagai paviliun. Diharapkan dengan adanya bangunan ini, maka masyarakat sekitar dapat memanfaatkan keberadaan buku-buku di perpustakaan dengan sebaik-baiknya. Dikarenakan pada awalnya akan digunakan sebagai sebuah hunian, maka ruang tidur dioperasikan secara mandiri dan tetap tertutup. Sedangkan untuk semua area publik benar-benar terbuka dan menghadap ke arah taman dan juga hutan tropis di depannya. Dancing Mountain House Dirancang Dengan Konsep Rumah Pedesaan Karena proyek ini berada di daerah terpencil pinggiran kota kecil, proyek ini menggunakan sinar matahari sebagai cahaya alami di siang hari dan menggunakan pemanas air matahari untuk mandi. Saat musim hujan, maka air hujan dikumpulkan yang akan digunakan selama musim kemarau. Sedangkan untuk depan rumah tersebut menghadap sebuah taman sehingga memungkinkan dalam jumlah paling banyak mendapati cahaya. Karakter proyek ini menunjukkan interpretasi kontemporer tentang bentuk rumah desa sederhana. Karakter struktur bambu dominan tentu cukup signifikan. Penggunaan bambu sebagai bahan atap tentu sebagai bahan material yang baru dan dibangun disana. Sedangkan dari kejauhan bangunan-bangunan tersebut tampak seperti rumah-rumah di pedesaan. Lokasi dan Kondisi Dancing Mountain House Dancing Moutain House atau P House ini terletak di ketinggian 2000 m di atas permukaan laut dan terletak di punggung Gunung Merbabu yang dikelilingi oleh beberapa gunung lain seperti Gunung Merapi dan Gunung Telomoyo. Daerah ini cukup dingin dengan suhu rata-rata sekitar 17-22 ° C. Secara konseptual proyek ini mencoba untuk menonjolkan kenangan masa kecil keluarga dengan keterbukaan dengan berbagi ruang. Kamar mandi utama adalah ruang sosial di mana masih bisa berinteraksi dengan ruangan lainnya Sedangkan ruangan lain dihubungkan oleh ruangan inti seperti dapur, lounge, pantry, ruang makan dan ruang keluarga sehingga semuanya benar-benar terbuka. Secara teknis, proyek ini memberikan contoh penggunaan bambu dengan menggunakan teknik lama dan juga teknologi baru untuk masyarakat sekitarnya. Dari sudut pandang ekonomi dan sosial, proyek ini dibangun dengan menonjolkan aspek ekonomi dan juga budaya di daerah sekitarnya. Dancing Mountain House Dibuat Dengan Material Alami Kesederhanaan dari rumah ini tentunya merupakan tema kedua yang ditonjolkan oleh proyek ini. Material bahan yang digunakan untuk membangun rumah ini yakni seperti batu bata, bambu, dan batu dengan cara lain. Pintu-pintu yang digunakan di setiap ruangan adalah pintu daur ulang dari rumah tua, tentu hal ini sebuah strategi penggunaan bahan daur ulang. Bahan – bahan yang digunakan diantaranya • Infill bata merah dan batu • Fasad batu, bata, kaca • Lantai beton ekspos, pecahan bambu kamar tidur dan batu andesit kamar mandi • Langit – langit pecahan bambu dan kertas insulasi • Lainnya profil baja dan kaca Demikianlah beberapa keunikan dari Dancing Mountain House atau P House yang ternyata wajib untuk Anda ketahui. Semoga bermanfaat! DancingMountain House Salatiga by Budi Pradono Architects. Decoracionde Interiores. Hogar. Decoración De Unas. Historia. Diseño De Suelo. Pavimento de bambú natural • Bamboo flooring. Acero Corten. Nidos. Decoración Del Hogar. Textura. Proyectos. Pavimento de bambú • Bamboo flooring.Budi Pradono is one of Indonesia’s most respected architects. His designs evoke an artist’s sensitivity alongside the intellectual-efficiency of a world-class designer. Through his own Budi Pradono Architects, the 46-year old has worked on myriad renowned projects, both locally and internationally. Dancing Mountain House - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA These projects have included the Pure Shi Shi Lin exhibition space in Taipei; La Danza del Nastro in Finland; the Wellness Archipelago in Kiev Island, and the Amoe Museums Park Masterplan in Korea. Then there are his much-praised and referenced residential projects around the country – the Slanted House in Pondok Indah, Jakarta; the Dancing Mountain house in Salatiga; the Canggu House in Bali; and the R House in Depok. Dancing Mountain House - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA Many of his work has garnered awards. Most recently, the Dancing Mountain house won the best residential award across Asia at the 2016 Arcasia Architecture Awards AAA in Hong Kong last September. Issi Villa - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA Born in Salatiga, Budi Pradono sharpened his architectural finesse through a wealthy resume which includes stints at the Beverley Garlick Architects Sydney-Jakarta and International Design Consultants Jakarta-San Fransisco. Budi obtained his masters at Berlage Institute in Rotterdam, Netherlands, and was the Project Architect at Kengo Kuma & Associates in Tokyo, Japan. Issi Villa - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA For Budi, architectural design is a form of applied arts, which means that it should be applicable but also enforce a high level of contribution to a space’s look and function. It should also be a space for constant progress and creation. Pure Shi Shi Lin - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA “Of course, as architects, we also have a responsibility to implement new designs in the field,” he says. For Budi, the best part of constructing a design is in seeing how seemingly-disparate elements slowly come together to form a complete whole. Pure Shi Shi Lin - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA “In the design process, there are times when we have to collect both physical and non-physical data. The most difficult of which is trying to configure an invisible data into a design, and the most satisfying is when all of your invisible data is rationalized and turned into a drawing and meshed with the building owner’s needs, which are stored in a program,” explains Budi before continuing, “That is when the light starts to shine – just like when you’re cooking and all the ingredients turn into a whole meal – and architecture starts to take shape into a cool, arousing whole.” Rumah Miring - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA Rumah Miring - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA “Of course, as architects, we also have a responsibility to implement new designs in the field.” By Budi Pradono Tentaring Kayu Manis - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA Clearly, Budis approach is a personal and emotional one. The results speak for themselves; buildings, spaces, and homes that evoke a sense of welcome without omitting function. It only makes sense that Budi has been on the receiving end of so many awarding events. Tentaring Kayu Manis - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA “That is when the light starts to shine – just like when you’re cooking and all the ingredients turn into a whole meal – and architecture starts to take shape into a cool, arousing whole.” By Budi Pradono U- Janavella Hotel - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA “Awards, for me, are recognitions from a community as well art and architecture aficionados. Of course they are encouraging in energizing us architects in continuing to create works that contribute something for humanity… and the local community,” Budi says, adding that one of his proudest awards was the one given by the prestigious Ikatan Arsitek Indonesia, the Architecture Arcasia Award. U- Janavella Hotel - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA Nature also plays into Budis designs, seen vividly in his residential projects, which all features living spaces that brush up against sceneries and its natural surroundings. It is a form of reaction towards serving the human need for an organic existence, which is slowly evaporating.” U- Janavella Hotel - Image Courtesy of Budi Pradono Architects BPA Concludes Budi, “I think, because everything is digital nowadays, and everyone is reliant on the Internet……people would like to feel close to nature. That is why, whenever I am building something that is close to nature, it is important for me to understand its surrounding environment and to try and respect it by using some the materials cut down from trees or utilizing other organic materials around.”
/ WISWAKHARMAN EXPO 2016: Escape House (UGM) /PENDAFTARAN : /DEADLINE: /JURI: /LINK : 28 Desember 2015 - 12 Maret 2016 13 Maret 2016 Budi Pradono, Eko Prawoto, IAI DIY www.wiswakharmanexpo. com